Tuesday 18 June 2013

Think. Eat. Save. Appreciate Your Food (Part 4 - end)

Put Attitude on Your Food and Treat Them Well For Your Own Health and Environment (Part 4 - end)





Terlepas dari masalah penanganan food losses dan food waste di industri pangan, ada baiknya kita melihat yang paling dekat dengan kita yaitu rumah kita. Mungkin secara tak sadar kita menghasilkan sampah makanan yang cukup banyak. Coba kita ricek misalnya dalam seminggu ada kira-kira berapa kilogram makanan yang dibuang karena mungkin sudah terlanjur rusak, tercemar bahan lain, ataupun karena disimpan terlalu lama.  Bagaimana kalau sebulan, 2 bulan, 6 bulan atau 1 tahun. Bisa dibayangkan berapa banyak jumlahnya. Coba kita lihat apa saja sih kemungkinan yang bisa menyebabkan hal ini terjadi. Pertama dapat disebabkan karena belanja yang tidak terkontrol sehingga terkadang membuat kita menyetok bahan makanan yang mungkin seharusnya tidak penting kita lakukan. Diskon besar-besaran yang diadakan supermarket pun sering membuat kita membeli bahan makanan yang seharusnya kita belum butuh. Kemungkinan lain yaitu penanganan makanan yang kurang hati-hati seperti misalnya menyimpan bahan makanan dengan tidak teratur dan sembarang sehingga dapat menimbulkan resiko kontaminasi antara satu bahan dengan bahan lain yang dapat menyebabkan bahan tersebut tidak bisa dikonsumsi lagi. Hal ini sering terjadi juga dalam hal penyimpanan bahan makanan dalam lemari pendingin. Kulkas yang tidak berfungsi/rusak dan masih terus digunakan dapat menyebabkan kerusakan pada bahan makanan sehingga meningkatkan resiko menjadi food waste.

Untuk mencegah timbulnya food waste di rumah tangga, kita dapat menerapkan apa yang disebut dengan “smart shop”. Konsep ini sebenarnya sudah diperkenalkan untuk mengantisipasi kita dalam membeli bahan-bahan makanan yang berkualitas baik dengan memperhatikan kondisi bahan, kemasan, tanggal kadaluarsa, ingredients dan informasi nilai gizi bahan tersebut. Akan tetapi konsep “smart shop” pun dapat kita perluas lagi untuk mengantisipasi terjadinya food waste.
Smart shop dapat diawali dengan mulai menyusun menu atau masakan yang akan dikonsumsi dalam seminggu, hal ini tentunya dapat melibatkan semua anggota keluarga, sehingga makanan yang dimasak pun dapat sesuai dengan selera anggota keluarga sehingga tidak ada yang membuang makanan karena tidak suka. Setelah direncanakan menu makanan, kemudian dilanjutkan dengan belanja. Melihat menu dan bahan yang dibutuhkan serta berapa jumlah bahan yang akan dibeli. Dengan demikian kita tidak akan membeli suatu bahan makanan dalam jumlah yang berlebihan dan sebisa mungkin tidak terpengaruh diskon-diskon yang ada. Untuk bahan sayuran dan buahan sebaiknya dibeli untuk disetok maksimal selama 3 hari untuk mengurangi terjadinya kerusakan bahan dan nutrisi. Bahan-bahan daging dan sejenisnya yang dapat disimpan dalam freezer dapat dibeli sesuai kebutuhan dalam seminggu untuk menjamin kesegarannya. Selalu juga untuk segera memotong-motong daging sesuai kebutuhan harian agar daging tidak mengalami proses leleh-beku (rethawing) yang berulang kali untuk mencegah bahaya kontaminasi mikroba. Selain itu untuk bahan-bahan bumbu entah bumbu kering atau bumbu basah sebaiknya dibeli sesuai kebutuhan saja. Bumbu kering dapat tahan lama tetapi penyimpanannya harus di tempat yang kering. Bumbu segar ada juga tidak perlu disimpan dalam kulkas karena bisa mempercepat kerusakan. Disini dituntut pengetahuan kita tentang bahan-bahan makanan, untuk itu paling tidak kita bisa mencari berbagai informasi dari sumber yang tepat.

Menyimpan bahan  makanan pun harus dipisah dari bahan-bahan yang non-food untuk mencegah terjadinya kontaminasi fisik dan kimia yang mengakibatkan makanan tidak bisa dikonsumsi dan akhirnya menjadi food waste. Simpan makanan yang bungkusnya sudah dibuka pada tempat yang tepat. Misalnya biskuit yang tidak habis dikonsumsi segera disimpan dalam wadah kedap agar tidak melempem. Biskuit yang melempem akhirnya tidak mau kita konsumsi karena rasanya sudah tidak enak dan akhirnya berakhir di tempat sampah. Hal ini memang terdengar remeh tapi coba dibayangkan saja jika ada 2000 orang yang berperilaku sama dalam sehari dan masing-masing membuang sebanyak 100 g biskuit, maka ada sekitar 20 kg food waste yang timbul.

Sumber gambar: http://www.faact.org/2012/11/be-smart-in-shopping/

Bahan-bahan makanan dalam kemasan tak luput dari konsep smart shop. Kita harus bisa membaca label pada kemasan bahan makanan dan membeli seperlunya saja sesuai kebutuhan. Menurut Ibu Huzna dari YLKI, tanggal kadaluarsa sebenarnya tidak memberikan keterangan bahwa bahan tersebut akan rusak setelah tanggal tersebut, namun konsumen harus sadar bahwa konsumsi bahan makanan setelah tanggal kadaluarsa berarti tanggung jawab jika terjadi sesuatu yang merugikan diakibatkan mengkonsumsi makanan tersebut akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab konsumen. Perusahaan-perusahaan makanan pun tidak sembarangan memberi tanggal kadaluarsa pada suatu produk demi menjaga kualitas bahan tersebut. Penentuan kadaluarsa bahan makanan pun telah melalui uji shelf life. 


Dalam mengolah bahan makanan untuk keperluan keluarga sebaiknya juga dalam jumlah yang secukupnya sehingga tidak ada makanan yang tidak termakan. Jika ada bahan yang tersisa karena misalnya salah satu anggota keluarga tidak sempat makan di rumah, maka makanan tersebut dapat disimpan dalam wadah khusus, ditutup, dan disimpan dalam lemarin pendingin terlebih dahulu dan kemudian bisa dihangatkan kembali pada saat akan dikonsumsi. Namun hal ini perlu diperhatikan untuk tidak terlalu lama menyimpan dalam kulkas karena dapat menurunkan citarasa dan nilai gizinya.

Sumber gambar:  http://www.weightwatchers.com/util/art/index_art.aspx?tabnum=1&art_id=23221


Jika kita mengkonsumsi makanan di rumah makan atau restoran, agar selalu memesan dalam jumlah yang cukup. Jangan hanya karena lapar mata kita cenderung memesan makanan lebih banyak dan lebih beragam sehingga nantinya beresiko untuk menjadi food waste di rumah makan/restoran tersebut. Sebenarnya dalam pola makan sehat 5-6 kali makan sehari dapat mencegah kita untuk menjadi lapar mata pada saat jam makan besar kita, misalnya saat lunch atau dinner. Mengkonsumsi makanan ringan kaya serat misalnya buah-buahan pada jam 10 pagi atau jam 3 sore dapat mencegah menjadi lapar mata pada saat lunch atau dinner. Secara tidak langsung pola makan ini pun memberikan sumbangsih tidak hanya bagi kesehatan tubuh tapi juga pada lingkungan kita. 

sumber gambar: http://www.preservationnation.org/main-street/main-street-news/story-of-the-week/2013/130116hottrends/hot-trends-for-2013.html

Uraian diatas setidaknya bisa sedikit membuka mata kita untuk paling tidak untuk lebih berperilaku bijaksana terhadap makanan kita. Treat them well and give your best attitude to appreciate your food. Let's prevent the occurrence of food waste by treating our food more wisely. Healthy environment will contribute to our healthy lifestyle.


---


Sumber gambar: http://mountainroseblog.com/2011/11/

No comments:

Post a Comment