Put Attitude on Your Food and Treat Them Well For Your Own Health and Environment (Part 4 - end)
Terlepas dari masalah penanganan food losses dan food
waste di industri pangan, ada baiknya kita melihat yang paling dekat dengan
kita yaitu rumah kita. Mungkin secara tak sadar kita menghasilkan sampah
makanan yang cukup banyak. Coba kita ricek misalnya dalam seminggu ada
kira-kira berapa kilogram makanan yang dibuang karena mungkin sudah terlanjur
rusak, tercemar bahan lain, ataupun karena disimpan terlalu lama. Bagaimana kalau sebulan, 2 bulan, 6 bulan
atau 1 tahun. Bisa dibayangkan berapa banyak jumlahnya. Coba kita lihat apa
saja sih kemungkinan yang bisa menyebabkan hal ini terjadi. Pertama dapat
disebabkan karena belanja yang tidak terkontrol sehingga terkadang membuat kita
menyetok bahan makanan yang mungkin seharusnya tidak penting kita lakukan.
Diskon besar-besaran yang diadakan supermarket pun sering membuat kita membeli
bahan makanan yang seharusnya kita belum butuh. Kemungkinan lain yaitu
penanganan makanan yang kurang hati-hati seperti misalnya menyimpan bahan
makanan dengan tidak teratur dan sembarang sehingga dapat menimbulkan resiko
kontaminasi antara satu bahan dengan bahan lain yang dapat menyebabkan bahan
tersebut tidak bisa dikonsumsi lagi. Hal ini sering terjadi juga dalam hal
penyimpanan bahan makanan dalam lemari pendingin. Kulkas yang tidak
berfungsi/rusak dan masih terus digunakan dapat menyebabkan kerusakan pada
bahan makanan sehingga meningkatkan resiko menjadi food waste.
Untuk mencegah timbulnya food waste di rumah tangga,
kita dapat menerapkan apa yang disebut dengan “smart shop”. Konsep ini sebenarnya
sudah diperkenalkan untuk mengantisipasi kita dalam membeli bahan-bahan makanan
yang berkualitas baik dengan memperhatikan kondisi bahan, kemasan, tanggal
kadaluarsa, ingredients dan informasi nilai gizi bahan tersebut. Akan tetapi
konsep “smart shop” pun dapat kita perluas lagi untuk mengantisipasi terjadinya
food waste.
Smart shop dapat diawali dengan mulai menyusun menu
atau masakan yang akan dikonsumsi dalam seminggu, hal ini tentunya dapat
melibatkan semua anggota keluarga, sehingga makanan yang dimasak pun dapat
sesuai dengan selera anggota keluarga sehingga tidak ada yang membuang makanan
karena tidak suka. Setelah direncanakan menu makanan, kemudian dilanjutkan
dengan belanja. Melihat menu dan bahan yang dibutuhkan serta berapa jumlah
bahan yang akan dibeli. Dengan demikian kita tidak akan membeli suatu bahan
makanan dalam jumlah yang berlebihan dan sebisa mungkin tidak terpengaruh
diskon-diskon yang ada. Untuk bahan sayuran dan buahan sebaiknya dibeli untuk
disetok maksimal selama 3 hari untuk mengurangi terjadinya kerusakan bahan dan
nutrisi. Bahan-bahan daging dan sejenisnya yang dapat disimpan dalam freezer
dapat dibeli sesuai kebutuhan dalam seminggu untuk menjamin kesegarannya.
Selalu juga untuk segera memotong-motong daging sesuai kebutuhan harian agar
daging tidak mengalami proses leleh-beku (rethawing) yang berulang kali untuk
mencegah bahaya kontaminasi mikroba. Selain itu untuk bahan-bahan bumbu entah
bumbu kering atau bumbu basah sebaiknya dibeli sesuai kebutuhan saja. Bumbu
kering dapat tahan lama tetapi penyimpanannya harus di tempat yang kering.
Bumbu segar ada juga tidak perlu disimpan dalam kulkas karena bisa mempercepat
kerusakan. Disini dituntut pengetahuan kita tentang bahan-bahan makanan, untuk
itu paling tidak kita bisa mencari berbagai informasi dari sumber yang tepat.
Menyimpan bahan
makanan pun harus dipisah dari bahan-bahan yang non-food untuk mencegah
terjadinya kontaminasi fisik dan kimia yang mengakibatkan makanan tidak bisa
dikonsumsi dan akhirnya menjadi food waste. Simpan makanan yang bungkusnya
sudah dibuka pada tempat yang tepat. Misalnya biskuit yang tidak habis
dikonsumsi segera disimpan dalam wadah kedap agar tidak melempem. Biskuit yang
melempem akhirnya tidak mau kita konsumsi karena rasanya sudah tidak enak dan akhirnya
berakhir di tempat sampah. Hal ini memang terdengar remeh tapi coba dibayangkan
saja jika ada 2000 orang yang berperilaku sama dalam sehari dan masing-masing
membuang sebanyak 100 g biskuit, maka ada sekitar 20 kg food waste yang timbul.
Sumber gambar: http://www.faact.org/2012/11/be-smart-in-shopping/
Bahan-bahan makanan dalam kemasan tak luput dari
konsep smart shop. Kita harus bisa membaca label pada kemasan bahan makanan dan
membeli seperlunya saja sesuai kebutuhan. Menurut Ibu Huzna dari YLKI, tanggal
kadaluarsa sebenarnya tidak memberikan keterangan bahwa bahan tersebut akan
rusak setelah tanggal tersebut, namun konsumen harus sadar bahwa konsumsi bahan
makanan setelah tanggal kadaluarsa berarti tanggung jawab jika terjadi sesuatu
yang merugikan diakibatkan mengkonsumsi makanan tersebut akan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab konsumen. Perusahaan-perusahaan makanan pun tidak sembarangan
memberi tanggal kadaluarsa pada suatu produk demi menjaga kualitas bahan
tersebut. Penentuan kadaluarsa bahan makanan pun telah melalui uji shelf life.
Dalam mengolah bahan makanan untuk keperluan
keluarga sebaiknya juga dalam jumlah yang secukupnya sehingga tidak ada makanan
yang tidak termakan. Jika ada bahan yang tersisa karena misalnya salah satu
anggota keluarga tidak sempat makan di rumah, maka makanan tersebut dapat disimpan
dalam wadah khusus, ditutup, dan disimpan dalam lemarin pendingin terlebih
dahulu dan kemudian bisa dihangatkan kembali pada saat akan dikonsumsi. Namun
hal ini perlu diperhatikan untuk tidak terlalu lama menyimpan dalam kulkas
karena dapat menurunkan citarasa dan nilai gizinya.
Sumber gambar: http://www.weightwatchers.com/util/art/index_art.aspx?tabnum=1&art_id=23221
Jika kita mengkonsumsi makanan di rumah makan atau restoran,
agar selalu memesan dalam jumlah yang cukup. Jangan hanya karena lapar mata
kita cenderung memesan makanan lebih banyak dan lebih beragam sehingga nantinya
beresiko untuk menjadi food waste di rumah makan/restoran tersebut. Sebenarnya
dalam pola makan sehat 5-6 kali makan sehari dapat mencegah kita untuk menjadi
lapar mata pada saat jam makan besar kita, misalnya saat lunch atau dinner.
Mengkonsumsi makanan ringan kaya serat misalnya buah-buahan pada jam 10 pagi
atau jam 3 sore dapat mencegah menjadi lapar mata pada saat lunch atau dinner. Secara
tidak langsung pola makan ini pun memberikan sumbangsih tidak hanya bagi
kesehatan tubuh tapi juga pada lingkungan kita.
sumber gambar: http://www.preservationnation.org/main-street/main-street-news/story-of-the-week/2013/130116hottrends/hot-trends-for-2013.html
Uraian diatas setidaknya bisa sedikit membuka mata
kita untuk paling tidak untuk lebih berperilaku bijaksana terhadap makanan
kita. Treat them well and give your best attitude to appreciate your food. Let's prevent the occurrence of food waste by treating our
food more wisely.
Healthy environment will contribute to our healthy lifestyle.
---
Sumber gambar: http://mountainroseblog.com/2011/11/
No comments:
Post a Comment