Sunday, 16 June 2013

Think. Eat. Save. Appreciate Your Food (Part 3)

Put Attitude on Your Food and Treat Them Well For Your Own Health and Environment (Part 3) 





My Opinion
Dari pandangan saya sendiri, sebenarnya masalah food losses dan food waste sudah menjadi perhatian terutama di bisnis makanan karena berkaitan juga dengan masalah keuangan, manajemen dan ketersediaan bahan baku. Saya sendiri yang sudah terlibat banyak dalam industri pengolahan makanan dari skala kecil sampai ke skala besar, melihat sendiri memang selalu ada usaha dari industrinya itu untuk mengurangi food losses yang terjadi. Sejak dari duduk di bangku kuliah pun sebagai seorang sarjana teknologi pangan, adalah tugas kita menemukan berbagai jenis makanan dan minuman yang memiliki nilai ekonomis dengan menggunakan bahan-bahan yang ada disekitar kita. Memang dasarnya lebih dikaitkan ke nilai ekonomisnya dibanding masalah food losses dan food waste nya. Namun tahun-tahun belakangan ini, usaha-usaha tersebut telah dikaitkan ke pengurangan pembuangan limbah dan pemanfaatan limbah untuk tujuan yang lebih ramah lingkungan.
Dari pemerintah sendiri, meskipun tidak ada peraturan pemerintah ataupun undang-undang yang mengatur khusus mengenai penanganan food losses dan food waste, namun pemerintah banyak membantu dalam memberikan anjuran-anjuran, pelatihan-pelatihan dan distribusi teknologi sederhana untuk mengurangi food losses, food waste serta food print. Kampanye-kampanye dan pelatihan teknologi pengolahan pangan banyak dilakukan untuk mengembangkan sumber daya lokal sehingga mengangkat nilai ekonominya dan menjadi tidak sia-sia.
Dalam kampanye 100% Pangan Lokal yang diluncurkan pada hari pangan sedunia tahun 2012 yang lalu dikemukakan 10 alasan untuk mendukung pangan lokal yaitu:
  1. Indonesia kaya rasa, aroma, dan nutrisi. 77 sumber karbohidrat, 75 sumber lemak, 26 kacang-kacangan, 389 buah-buhan, dan 232 sayuran.
  2. Jaga kesehatan, kombinasikan karbohidrat, jangan hanya beras. Konsumsi beras dan gula yang tinggi memicu timbulnya diabetes tipe 2.
  3. Makanan lebih segar dan bergizi. Produk impor dipanen dan ditangkap berbulan lalu. Dilapisi lilin dan pestisida agar tampak segar.
  4. Mendukung ekonomi lokal. Belanja pangan lokal meningkatkan penghidupan produsen pangan.
  5. Mengurangi jejak emisi karbon. Pangan lokal lebih hemat energi, air dan bersih.
  6. Menjaga keanekaragaman hayati dan pengetahuan lokal.
  7. Mengurangi asupan zat kimia berbahaya seperti pestisida, pengawet, dan sumber pangan yang sudah direkayasa secara genetik, yang berpotensi membahayakan kesehatan dan lingkungan kita.
  8. Tahu sumber dan asal makanan, sehingga bisa mendorong produksi yang sehat dan ramah lingkungan. Produsen pangan lokal skala kecil dapat mengelola lahan mereka dengan lestari untuk menghasilkan pangan sehat bagi konsumen. 
  9. Menghemat pengeluaran negara untuk import pangan. Hingga semester pertama 2011, uang yang dikeluarkan untuk pangan impor senilai 45 trilyun rupiah, setengahnya untuk impor gandum.
  10. Menjalin kembali hubungan antara penghasil pangan di desa dengan konsumen di kota, sebagai satu bangsa yang saling menghidupi.
Mengenai food print, memang semakin lama suatu bahan makanan untuk sampai ke konsumen akan memperpanjang food print. Semakin panjang food print akan semakin banyak juga usaha yang dilakukan. Usaha ini termasuk penggunaan bahan bakar yang berarti pembuangan emisi karbon ke lingkungan. Kondisi ekonomi konsumen tidak selamanya menandakan semakin banyak produk yang memiliki food print yang panjang. Banyak juga kok konsumen kelas menengah keatas masih lebih memilih produk lokal dibanding dengan produk impor. Adanya produk impor terutama lebih dikaitkan terhadap kebutuhan konsumen. Oleh karena itu pemberdayaan SDA lokal yang dikemas lebih menarik harus menjadi suatu perhatian. Penelitian-penelitian mengenai manfaat kesehatan produk-produk bahan makanan lokal sebenarnya sudah banyak dilakukan di perguruan tinggi-perguruan tinggi di Indonesia. Pemanfaatan hasil-hasil penelitian ini beberapa tahun terakhir mulai mendapat perhatian dari pengusaha-pengusaha makanan lokal terutama yang berorientasi pada produksi makanan/minuman kesehatan. Contohnya mungkin selama ini kita menganggap bahwa hanya kulit ari gandum yang mengandung serat baik yang memiliki manfaat kesehatan, akan tetapi kulit ari beras (rice bran) pun sejak zaman dulu diketahui memiliki manfaat kesehatan yang kurang lebih sama meskipun pada zaman tersebut belum ada penelitian terstandar mengenai hal tersebut. Saat ini, beberapa produk lokal sudah ada yang menggunakan kulit ari beras sebagai pengganti sumber serat pangan untuk meningkatkan nilai gizi pangan.




Sumber gambar:
http://caloriecount.about.com/calories-ener-g-rice-bran-i159406
http://www.bionicorganicfarm.com



Teknologi pengolahan makanan termasuk dapat menjadi salah satu alternatif untuk mencegah terjadinya food losses dan food waste. Produk-produk segar yang dari segi bentuk dan ukuran yang tidak sesuai spesifikasi mutu yang diminta dapat dialihkan untuk diolah menjadi produk makanan lain sehingga tidak ada bahan yang terbuang. Dalam merancang suatu produk olahan pangan pun harus memperhatikan berbagai aspek, termasuk aspek tujuan, keuangan, kebutuhan pasar/konsumen, ketersediaan bahan baku dan peralatan, kemudahan proses, dan lain-lain. Dengan demikian produk alternatif yang dihasilkan pun memiliki nilai ekonomi dan nilai tambah bagi produsen.

Perusahaan-perusahaan pangan khususnya yang bergerak di bidang organik seperti di tempat saya bekerja sekarang  telah memperhatikan juga masalah food losses dan food waste. Sehingga dalam pengembangan produknya selalu memperhatikan untuk seminimal mungkin food losses dan food waste yang terjadi atau kalau bisa tidak ada food losses dan food waste. Perancangan produk utama beserta produk turunannya harus dilakukan dan memperhatikan masalah lingkungan, sehingga jika ada sampah yang dihasilkan pun dapat bermanfaat bagi lingkungan. Selain itu untuk bahan-bahan yang memang tidak bisa diolah menjadi produk pangan lainnya, dapat dialihkan untuk diproses dijadikan pupuk alam. 

Apakah ada hal yang dapat kita lakukan dalam skala kecil untuk mengurangi timbulnya food waste? Saya akan membahasnya pada bagian ke-4.

No comments:

Post a Comment