Saturday, 28 November 2015

Konferensi Indonesia Bergizi 2015 (Bagian II)



Sebagai pengantar dalam konferensi ini yang saya kutip dari Term Of Reference KIB 2015 menyebutkan bahwa masalah gizi merupakan persoalan sepanjang daur atau siklus kehidupan seorang. Kondisi gizi ketika dewasa sangat dipengaruhi oleh kondisi gizi masa anak-anak dan remaja. Kondisi gizi masa anak-anak dan remaja dipengaruhi oleh kondisi gizi saat bayi dan kondisi gizi bayi dipengaruhi oleh kondisi gizi ibunya pada masa hamil dan
laktasi. Kegagalan gizi pada salah satu fase dalam siklus kehidupan akan menjadi beban gizi (retain effect) pada fase berikutnya. Berdasarkan prinsip pentingnya gizi baik sepanjang daur kehidupan, diperlukan program gizi yang ditujukan pada fase-fase lain siklus hidup.

Program gizi nasional saat ini masih berfokus pada fase paling awal dari siklus kehidupan yaitu masa seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK). Fase anak dan remaja, khususnya pada rentang usia 3-15 tahun, merupakan masa pertumbuhan paling panjang dalam hidup manusia dan dengan demikian memiliki risiko gizi kumulatif yang relatif besar dibandingkan fase lainnya. Usia 3-5 tahun adalah masa pertumbuhan pesat kognitif dan fisik, usia 6-12 tahun adalah masa di mana tiga puncak pertumbuhan tercapai, yaitu puncak laju tinggi badan, puncak laju berat badan, dan puncak kepadatan massa tulang. Rentang usia 12-15 tahun adalah masa pertumbuhan pesat organ-organ seksual dan reproduksi.

Dalam upaya mengatasi masalah gizi anak dan remaja di Indonesia, JAPFA Foundation bekerja sama dengan Omar Niode Foundation, SHS, dan Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKMUI menyelenggarakan Konferensi Indonesia Bergizi: Gizi Anak dan Remaja. Konferensi ini bertujuan untuk mempertemukan berbagai kalangan (funder, intermediaries, implementor/operator, akademik) untuk membuat rencana (prototype) peningkatan gizi anak dan remaja Indonesia yang masih kurang mendapat perhatian.

Konferensi Indonesia Bergizi yang dilaksanakan pada 16 November 2015 ini setelah sesi pleno, kemudian dibagi menjadi 3 working group yaitu kelompok sains, sosial ekonomi dan kreatif. Kelompok-kelompok ini diharapkan dapat memberikan ide-ide segar untuk menjadi masukan prototype intervensi gizi yang daapat diakses dan diimplementasikan untuk mengatasi masalah gizi anak dan remaja Indonesia.

Kelompok sains dipimpin oleh Ibu Sandra Fikawati, kelompok sosial ekonomi dipimpin oleh Bpk. Kuspujiono Kuswo, dan kelompok kreatif dipimpin oleh Bpk Ahmad Syafiq. Saya yang kebetulan memiliki latar belakang dari riset dan pengembangan produk makanan, tertarik untuk memberikan sumbangsih sehingga saya bergabung dengan kelompok kreatif.
Dalam working group ini, kelompok kreatif dimulai dengan penjabaran oleh Bpk Ahmad Syafiq mengenai hal-hal mendasar dan yang menjadi pegangan serta tren terbaru dalam pengembangan kreatifitas yang berhubungan dengan gizi. Pada working group ini, Saya sempat berbagi pemikiran dan pengalaman saya mengenai masalah gizi dan perbaikannya.
Sesuai dengan pleno, bahwa gizi anak dan remaja merupakan investasi buat masa depan, sehingga saya memiliki pemikirian untuk membandingkannya dengan marketing. How to make those kids and teenager would like to know about their nutrition. Bagaimana peran orang tua sangat penting dalam pendidikan gizi dan gizi anaknya. Saya juga sempat mengusulkan dibuatkan website yang khusus dan memiliki penampilan yang menarik dan lebih mudah dimengerti. Dan tidak hanya tentang gizi makanan, kesehatan pun harus didukung oleh kondisi lingkungan yang mendukung dan pola hidup yang lebih sehat. Mitos-mitos tentang gizi yang salah kaprah harus dijelaskan sehingga masyarakat tidak salah kaprah. Dan buatlah semua itu lebih simple dan praktis.
Selain saya, ada juga beberapa rekan yang memberikan masukan yang sangat bagus dalam working group ini.
Sayang sekali, waktu yang terbatas sehingga bagian working group ini harus ditutup sesuai jadwal. Hasil dari working group ini akan dibawa ke pleno dan diharapkan dapat ditindaklanjuti. Untuk masalah-masalah yang belum selesai didiskusikan diharapkan akan dapat dilanjutkan di kemudian hari.
Setelah working group, konferensi dilanjutkan dengan sesi pleno dan pengambilan kesimpulan.

---

No comments:

Post a Comment